Selasa, 07 Maret 2017

selamat siang kawan-kawan

siang ini bosen banget gua. duduk dua jam hanya untuk dengerin si mentor ngomong. meski harus mengikuti aturannya segala lagi. di suruh nulis profil diri di blog gaes. gak jelas banget kan. traning gak jelas meski wajib di ikuti gaes.

kenalin blog mania. nama gua Muhammad Abdul Qoni' Akmaluddin. panjang banget kan gaes. loe pasti sulit untuk mengenalnya. meski panjang nama ini mempunyai makna yang dalam gaes. hmmmmmm. kalau kepanjangan loe boleh manggil gua akmal gaes. Abdul juga bisa sihh. terserah loe aja yang penting loe kenal gua.

sekarang gua lagi belajar di UIN SuKa, jurusan gua kata orang-orang gak jelas banget gaes. bahkan temenku yang kurang ajar mengatakan " Loe mau Jadi apa kalau lulus" menyakitkan banget kan gaes. gua sih cuek aja emang begitu kenyataannya. gua sih nyantai aja jawabnya emang loe Tuhan kok ngatur-ngatur kerjaan gua. hahahhahah sok agamis banget kan padahal gua bajingan gaes. hmmm tertarik omongan dosenku banjingan Akhirat maksudnyan gaes.gua sih cuek ketika di tanya pekerjaan mau jadi apa. yang jelas suatu saat nanti aku yakin nasibku lebih baik dari anda. wkwkwkwk optimis banget kan. maklum pengikut paham positivisme hahaha.

membaca cerita jurusanku yang gak terlihat gak jelas di atas pasti loe bertanya-tanya ya?
mungkin loe memprediksi gua jurusan filsafat, sejarah, sosiologi, atau perbandingan agama. hmmmm bukan gaes!! hahahaha itu mah saudaranya jurusanku gaes
gua sekarang belajar di jurusan pengembangan masyarakat islam.
pasti loe mikir makanan apa lagi iku
asing banget kan terdengarnya

gini gaes coba ku definisikan jurusanku
jurusankan salah satu cabang ilmu sosial gaes. seperti sosiatri.
pasti loe kaget dan terperanga. HAH Sosiatri ?
nasi di kasih teri atau apa ?
makanan tipe bagaimana lagi itu?
kok gak jelas banget sih
 gua baru dengar malahan

hmmmmmm. sudah tak prediksi kawan-kawan pasti loe akan bertanya-tanya dan bahka kaget membacanya.

ihhh loe kurang gaul amat kagak tau sosiatri.

loe selama ini main dimana sih gaes
loe kuper banget.


hihiihihihi  gua sih mencoba membela diri

begini loe gaes tafsiran dari jurusanku

pengembangan masyarakat islam kalau di kampus sekuler biasa di kenal sosiatri ini. memang sangat jarang di temukan hanya ada di kampus elit-elit aja sih adanya seperti UGM, UIN SuKan macam sekelas kaya gitulah

pengembangan msyarakat atau biasa di kenal sosiatri itu salah satu disiplin ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat. semacam sosiologi gitu sih.
emang itu salah satu cabang sosiologi gaes cuma bedanya ini di praktisnya

kami biasa menyebutnya sebagai teknik sosial wkwkwkwkwk

makin gak jelas kan.........

begini nih lebih jelasnya mengenaib difinisi jurusanku salah satu disiplin ilmu yang mempelajari tentang fenomena yang terjadi di masyarakat. membantu memberdayakan masyarakat, membantu masyarakat pinggiran supaya bisa berkembang dan maju. membela hak-hak rakyat proletar bahkan marjinal dan lain-lain. pokoknya yang membantu kesejahteraan deh. membantu masyarakat.

keren kan gaes kelihatannya
kelihatan seperti super herokan yang suka menolong orang yang kesusahan. padahalm orang-orang yang ada didalamnya masih perlu diberdayakan. atau bisa dikatakan kita sendiri aja belum berdaya mau memberdayakan orang lain . xiixixixi

sebagaimana para nabi, filsuf, dan para sosiolog mereka di kenang karena jasa-jasanya seperti itu. wkwkkwk

katanya nabi muhammad kan Koirunnas An-fa'ahum linnas atau istilah jermannya sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
sebagaimana yang diakatakan oleh filsuf barat tapi gua lupa namanya sihhh maklum kebanyakan teori

apabila loe melihat ketertindasan dan loe hanya diam maka itu namanya pecundang dan tindakan penghiatan

HAHAHAHA Ayikkan gaes

Kamis, 12 Januari 2017

lika liku kisah cinta

Ku Biarkanmu Berkelana Dulu
            Waktu menunjukkan pukul 04.35. mata masih melek belum bisa terpejam. Akibat dari kopi “NgOlet” pemberian kawan dari negeri antah barantah. Dan akhirnya ku tulis sebuah surat untukmu kekasih, yang hanya dalam bayang semu. Inisiatifku menulis lembaran ini hanya untuk meluapkan diksi-diksi kata yang ku bayangkan bersama malam yang telah berganti menjadi fajar. Dan setelah ku bosan menyelami kata yang dirangkai Sri Margana dalam bukunya yang berjudul “ Perebutan Hegemoni Blambangan”. Di ruang kamar asrama yang sunyi melihat kawan-kawan berbaring seperti teri yang di jemur di seberang jalan menuju kampung halamanku.
            Mesin waktu sudah berganti dari malam menjadi fajar. Fajarpun hilang bersama terik matahari yang muncul dari jendela kamar. Tiba-tiba aku teringat namamu kasih yang sudah lama menghilang. Aku tak tahu kembalinya namamu di ingatkanku karena apa. Padahal, sudah lama hilang bersama kesibukan yang ku jalankan. Aku teringat jelas celotehmu ketika mengingatkanku jangan begadang, tapi itu dulu sayang.
            Walaupun aku tak mampu membayangkan dirimu sekarang seperti apa. Keyakinanku masih sama, bahwa kau juga masih cinta dan sayang. Hal itu yang ku rasakan sekarang, sehingga menimbulkan sebuah keyakinan.
            Ku tahu sekarang sudah ada pujaan hatimu yang baru. Yang tak mampu ku sebutkan namanya karena aku takut cemburu. Tapi diksi ini tetap ku rangkai. Sebagai pelampiasan rinduku padamu yang amat dalam.
            Keyakinanku mengenai kamu masih cinta dan ingin kembali bersamaku. Bukan hanya ku rasakan pada dentakan hatiku. Aku juga menafsirkan dari perilakumu yang kadang masih mencari dan menghubungiku. Entah kamu sering mengela bagaimana suasana hatimu. Tapi itu tak mematikan optimismeku.
            Bodoh memang “Aku”. Begitu ku marasakannya. Apakah perasaanku mungkin sudah mati karena telah lama ku bungkam. Sehingga aku tak mampu untuk membuka lembaran baru. Spekulasi sepertimu, mencintai orang lain dan mencoba memaksakan cinta juga sudah ku lakukan. Tapi nasibku mungkin tak seperti dirimu yang mudah mendapatkan. Mungkin karena doktrin keyakinanku suatu saat bisa bersamamu, kuat menancap dalam lubuk hati yang dalam. Sehingga aku lupa pada kehidupan cinta. Dan mati dalam rasa.
            Diksi-diksi ini ku rangkai untuk ku berikan padamu. Sayang kamu adalah kekasih yang telah lama menghilang. aku merangkai diksi ini bukan karena ku ingin kamu kembali kepadaku, sekarang!!. Tapi, untuk mengingatkanku bahwa aku pernah mencintai gadis sepertimu. Sebelum ajal menjemputku sayang.
            Bukan pula berarti aku tak meninginkanmu kembali padaku. Tapi, kau tahu bukan itu maksudku sayang. Kenyakinanku ketika kamu kembali kepadaku sekarang hanya akan mengulang kisah atau nasib yang dulu. Karena hanya bahagia semu yang ditawarkan dan akan menghilang pula bersama dengan kesemuan . Itu alasanku sayang, karena sekarang aku belum siap untuk mendampingimu.
            Semua ku lakukan karena aku sangat mengharapkanmu kembali padaku. Aku sangat rindu kamu dan berharap kamu kembali padaku tapi bukan hanya untuk sementara waktu. Ku hanya bisa yakin, bahwa kita mampu.
            Alasanku seperti itu, ku putuskan setelah ku menikmati perdebatan cantik antara setan dan malaikat. Yang sering orang mendiskripsikan mereka sebagai tokoh baik dan buruk. Tapi, menurutku itu yang membodohkan tanpa mengetahui penyebabnya dulu. Hmmmmm, eh tapi gak papa barangkali aku menemukan keunikan itu.
Setan berkata kepadaku dengan bisikan yang sangat lembut. “Mas, ayo ditembak lagi aja, lha wong dia juga masih cinta sama kamu”.
Tapi malaikat dengan bijak mengingatkanku supaya ku ngak terjerumus pada lubang yang sama seperti dulu. Malaikat mengatakan “ jangan mas, jangan !! dengan (nada agak sedikit dikeraskan). Inget dulu ketika kamu memutuskan dia, katanya kamu ingin mendekatkan diri pada Robbmu”.
Perdebatan setan dan malaikat menemaniku sampai fajar menghilang. dengan perdebtan yang sangat panjang. Yang tak mampu aku menuliskan semuanya takut terlalu panjang. Dari perdebatan itu, akhirnya ku menemukan keputusan seperti itu walau terdengar agak konyol seperti sifatku yang sudah kamu mengerti dulu.
 Mentari sudah nonggol dan memperlihatkan kewibawaannya. Tapi, aku masih sibuk merangkai kata tuk ku berikan padamu. Hingga akhirnya surat terselesaikan dan sebuah bait puisi telah ku lukiskan.

Merah Delima
Merahmu delimaku
Kini hilang di makan senja
ku ingin menyusun bersamamu
tapi, delima sudah di makan serigala
aku kini hanya mampu pasrah dan berserah
terhadap kuasa Tuhan yang masih mempunyai jalan
tapi aku malu karenaku bukan seorang pejuang tapi seorang bajingan.
            Bait-bait ini ku rangkai dengan penuh pengharapan. Dengan diksi yang mudah supaya semua orang mudah menafsirkan. Sehingga, mereka tahu cintaku padamu amatlah dalam.
            Sekarang usiamu sudah beranjak dewasa. Dan usiaku sudah mendekati tua. Semoga kamu tahu dan mengerti makna kata cinta yang sebenarnya. Semoga kamu tahu pula alasanku kenapa kau ku lepaskan dulu. Dan sekarang ku biarkan kau menari bersama pujaan hatimu yang baru. Itu karena ku ingin membebaskanmu. Ku ingin kamu mengali sendiri tentang makna cinta yang sebenarnya. Sehingga, kamu benar-benar merasakan cinta kepadaku. Dan aku juga tak mau membuat noda dan cerita konyol bersamamu, dengan perbuatan yang melampui nafsu.
            Ujian Nasional(UN) sebentar lagi kamu hadapi. Itu artinya kamu sudah sedikit melewati masa labilmu. Menentukan bangku perkuliahan sebagai penghabisan masa studi di bidang favoitmu. Bukan karena ego pula semoga kamu menentukan itu.
            Hentikan main hape dan nonton tv, belajar, belajar, dan belajar. Mungkin ini yang bisa ku suarakan yang mungkin membuat panas di telinggamu. Dan membuatmu bosen karena diperlakukan seperti anak kecil.
            Alasan sederhana sebetulnya yang ku miliki untuk semua itu. Agar kamu tak ter hegemoni dengan dunia modern sehingga lupa pada esensi kehidupan mungkin itu kata yang pinjam dari gramchi seorang filosuf. Atau juga aku tak mau, kamu secara pelan-pelan mendewakan hape. Dan mengantungkan hidupmu pada hape. Sehingga, suatu saat kamu tak yakin pada tuhanmu. Itu juga alasan kenapa aku melepasmu supaya kamu tak mengantungkan hidupmu padaku. Sehingga mengangapku raja. Dan demikian aku tak mau mengantungkan hidupku padamu sehingga menggap kamu adalah ratu. Sebagaiman pernyataan nietchee yang tak percaya pada tuhan dan mengatakan tuhan telah mati.
            Aku tak mau melanjutkan tradisi hegemoni itu kepadamu. Jadi tak ada kata yang pantas terucap dari mulutku selain kata maaf. Dan berdo’a setiap sujudku agar suatu saat kita dapat bersama dan bukan untuk sementara waktu.
Biografi Penulis
            Sebuah desa di pelosok kabupaten pingiran jawa tengah, rembang pada tanggal 12 mei 1997, aku dilahirkan. Abi dan Umiku dulu memberi nama saya Muhammad Abdul Qoni’ Akmaluddin. Alhamdulillah sampai sekarang masih sama. Sekarang sedang mencoba mendalami ilmu di lembaga keilmuan yang ada di Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga namanya. Kecintaanku pada dunia sosial sehingga aku termotivasi untuk mengambil Pengembangan Masyarakat Islam. dan sekarang saya masih semester satu. Sedang sibuk dengan aktifitasku yang gak jelas. Mencoba menjadi bagian dari divisi hura-hura di Lembaga Pers Mahasiswa(LPM) ARENA UIN Sunan Kalijaga. Selain mencoba di divisi hura-hara di LPM ARENA. Saya juga mencoba mengambil bagian di Corps Dakwah Masjid Syuhada (CDMS). Menjadi salah satu kontributor pada komunitas sosial di “Forum Anak Jogja”. Dan menjadi anak pungut di “lingkar diskusi al –buruuj”, Intelektual Youth Summit Yogyakarta. Pernah juga menjadi bagian dari kehidupan Pelajar Islam Indonesia(PII). Walaupun ngak jelas, saya mempunyai motto hidup juga mungkin ngak jelas juga “Esensi hidup adalah kematian, maka bermanfaat dan bergunalah dengan orang lain. Supaya mati nanti dipersentasikan juga oleh orang lain.”
 Ku Biarkanmu Berkelana Dulu
            Waktu menunjukkan pukul 04.35. mata masih melek belum bisa terpejam. Akibat dari kopi “NgOlet” pemberian kawan dari negeri antah barantah. Dan akhirnya ku tulis sebuah surat untukmu kekasih, yang hanya dalam bayang semu. Inisiatifku menulis lembaran ini hanya untuk meluapkan diksi-diksi kata yang ku bayangkan bersama malam yang telah berganti menjadi fajar. Dan setelah ku bosan menyelami kata yang dirangkai Sri Margana dalam bukunya yang berjudul “ Perebutan Hegemoni Blambangan”. Di ruang kamar asrama yang sunyi melihat kawan-kawan berbaring seperti teri yang di jemur di seberang jalan menuju kampung halamanku.
            Mesin waktu sudah berganti dari malam menjadi fajar. Fajarpun hilang bersama terik matahari yang muncul dari jendela kamar. Tiba-tiba aku teringat namamu kasih yang sudah lama menghilang. Aku tak tahu kembalinya namamu di ingatkanku karena apa. Padahal, sudah lama hilang bersama kesibukan yang ku jalankan. Aku teringat jelas celotehmu ketika mengingatkanku jangan begadang, tapi itu dulu sayang.
            Walaupun aku tak mampu membayangkan dirimu sekarang seperti apa. Keyakinanku masih sama, bahwa kau juga masih cinta dan sayang. Hal itu yang ku rasakan sekarang, sehingga menimbulkan sebuah keyakinan.
            Ku tahu sekarang sudah ada pujaan hatimu yang baru. Yang tak mampu ku sebutkan namanya karena aku takut cemburu. Tapi diksi ini tetap ku rangkai. Sebagai pelampiasan rinduku padamu yang amat dalam.
            Keyakinanku mengenai kamu masih cinta dan ingin kembali bersamaku. Bukan hanya ku rasakan pada dentakan hatiku. Aku juga menafsirkan dari perilakumu yang kadang masih mencari dan menghubungiku. Entah kamu sering mengela bagaimana suasana hatimu. Tapi itu tak mematikan optimismeku.
            Bodoh memang “Aku”. Begitu ku marasakannya. Apakah perasaanku mungkin sudah mati karena telah lama ku bungkam. Sehingga aku tak mampu untuk membuka lembaran baru. Spekulasi sepertimu, mencintai orang lain dan mencoba memaksakan cinta juga sudah ku lakukan. Tapi nasibku mungkin tak seperti dirimu yang mudah mendapatkan. Mungkin karena doktrin keyakinanku suatu saat bisa bersamamu, kuat menancap dalam lubuk hati yang dalam. Sehingga aku lupa pada kehidupan cinta. Dan mati dalam rasa.
            Diksi-diksi ini ku rangkai untuk ku berikan padamu. Sayang kamu adalah kekasih yang telah lama menghilang. aku merangkai diksi ini bukan karena ku ingin kamu kembali kepadaku, sekarang!!. Tapi, untuk mengingatkanku bahwa aku pernah mencintai gadis sepertimu. Sebelum ajal menjemputku sayang.
            Bukan pula berarti aku tak meninginkanmu kembali padaku. Tapi, kau tahu bukan itu maksudku sayang. Kenyakinanku ketika kamu kembali kepadaku sekarang hanya akan mengulang kisah atau nasib yang dulu. Karena hanya bahagia semu yang ditawarkan dan akan menghilang pula bersama dengan kesemuan . Itu alasanku sayang, karena sekarang aku belum siap untuk mendampingimu.
            Semua ku lakukan karena aku sangat mengharapkanmu kembali padaku. Aku sangat rindu kamu dan berharap kamu kembali padaku tapi bukan hanya untuk sementara waktu. Ku hanya bisa yakin, bahwa kita mampu.
            Alasanku seperti itu, ku putuskan setelah ku menikmati perdebatan cantik antara setan dan malaikat. Yang sering orang mendiskripsikan mereka sebagai tokoh baik dan buruk. Tapi, menurutku itu yang membodohkan tanpa mengetahui penyebabnya dulu. Hmmmmm, eh tapi gak papa barangkali aku menemukan keunikan itu.
Setan berkata kepadaku dengan bisikan yang sangat lembut. “Mas, ayo ditembak lagi aja, lha wong dia juga masih cinta sama kamu”.
Tapi malaikat dengan bijak mengingatkanku supaya ku ngak terjerumus pada lubang yang sama seperti dulu. Malaikat mengatakan “ jangan mas, jangan !! dengan (nada agak sedikit dikeraskan). Inget dulu ketika kamu memutuskan dia, katanya kamu ingin mendekatkan diri pada Robbmu”.
Perdebatan setan dan malaikat menemaniku sampai fajar menghilang. dengan perdebtan yang sangat panjang. Yang tak mampu aku menuliskan semuanya takut terlalu panjang. Dari perdebatan itu, akhirnya ku menemukan keputusan seperti itu walau terdengar agak konyol seperti sifatku yang sudah kamu mengerti dulu.
 Mentari sudah nonggol dan memperlihatkan kewibawaannya. Tapi, aku masih sibuk merangkai kata tuk ku berikan padamu. Hingga akhirnya surat terselesaikan dan sebuah bait puisi telah ku lukiskan.

Merah Delima
Merahmu delimaku
Kini hilang di makan senja
ku ingin menyusun bersamamu
tapi, delima sudah di makan serigala
aku kini hanya mampu pasrah dan berserah
terhadap kuasa Tuhan yang masih mempunyai jalan
tapi aku malu karenaku bukan seorang pejuang tapi seorang bajingan.
            Bait-bait ini ku rangkai dengan penuh pengharapan. Dengan diksi yang mudah supaya semua orang mudah menafsirkan. Sehingga, mereka tahu cintaku padamu amatlah dalam.
            Sekarang usiamu sudah beranjak dewasa. Dan usiaku sudah mendekati tua. Semoga kamu tahu dan mengerti makna kata cinta yang sebenarnya. Semoga kamu tahu pula alasanku kenapa kau ku lepaskan dulu. Dan sekarang ku biarkan kau menari bersama pujaan hatimu yang baru. Itu karena ku ingin membebaskanmu. Ku ingin kamu mengali sendiri tentang makna cinta yang sebenarnya. Sehingga, kamu benar-benar merasakan cinta kepadaku. Dan aku juga tak mau membuat noda dan cerita konyol bersamamu, dengan perbuatan yang melampui nafsu.
            Ujian Nasional(UN) sebentar lagi kamu hadapi. Itu artinya kamu sudah sedikit melewati masa labilmu. Menentukan bangku perkuliahan sebagai penghabisan masa studi di bidang favoitmu. Bukan karena ego pula semoga kamu menentukan itu.
            Hentikan main hape dan nonton tv, belajar, belajar, dan belajar. Mungkin ini yang bisa ku suarakan yang mungkin membuat panas di telinggamu. Dan membuatmu bosen karena diperlakukan seperti anak kecil.
            Alasan sederhana sebetulnya yang ku miliki untuk semua itu. Agar kamu tak ter hegemoni dengan dunia modern sehingga lupa pada esensi kehidupan mungkin itu kata yang pinjam dari gramchi seorang filosuf. Atau juga aku tak mau, kamu secara pelan-pelan mendewakan hape. Dan mengantungkan hidupmu pada hape. Sehingga, suatu saat kamu tak yakin pada tuhanmu. Itu juga alasan kenapa aku melepasmu supaya kamu tak mengantungkan hidupmu padaku. Sehingga mengangapku raja. Dan demikian aku tak mau mengantungkan hidupku padamu sehingga menggap kamu adalah ratu. Sebagaiman pernyataan nietchee yang tak percaya pada tuhan dan mengatakan tuhan telah mati.
            Aku tak mau melanjutkan tradisi hegemoni itu kepadamu. Jadi tak ada kata yang pantas terucap dari mulutku selain kata maaf. Dan berdo’a setiap sujudku agar suatu saat kita dapat bersama dan bukan untuk sementara waktu.
Biografi Penulis
            Sebuah desa di pelosok kabupaten pingiran jawa tengah, rembang pada tanggal 12 mei 1997, aku dilahirkan. Abi dan Umiku dulu memberi nama saya Muhammad Abdul Qoni’ Akmaluddin. Alhamdulillah sampai sekarang masih sama. Sekarang sedang mencoba mendalami ilmu di lembaga keilmuan yang ada di Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga namanya. Kecintaanku pada dunia sosial sehingga aku termotivasi untuk mengambil Pengembangan Masyarakat Islam. dan sekarang saya masih semester satu. Sedang sibuk dengan aktifitasku yang gak jelas. Mencoba menjadi bagian dari divisi hura-hura di Lembaga Pers Mahasiswa(LPM) ARENA UIN Sunan Kalijaga. Selain mencoba di divisi hura-hara di LPM ARENA. Saya juga mencoba mengambil bagian di Corps Dakwah Masjid Syuhada (CDMS). Menjadi salah satu kontributor pada komunitas sosial di “Forum Anak Jogja”. Dan menjadi anak pungut di “lingkar diskusi al –buruuj”, Intelektual Youth Summit Yogyakarta. Pernah juga menjadi bagian dari kehidupan Pelajar Islam Indonesia(PII). Walaupun ngak jelas, saya mempunyai motto hidup juga mungkin ngak jelas juga “Esensi hidup adalah kematian, maka bermanfaat dan bergunalah dengan orang lain. Supaya mati nanti dipersentasikan juga oleh orang lain.”

Jumat, 18 November 2016

negeriku masih dalam impian

Negeriku Masih Dalam Impian
mana ada negeri sesubur negeriku?
sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung
perabot-perabot orang kaya didunia
dan burung-burung indah piaraan mereka
berasal dari hutanku
ikan-ikan pilihan yang mereka santap
bermula dari lautku
emas dan perak perhiasan mereka
digali dari tambangku
air bersih yang mereka minum
bersumber dari keringatku
mana ada negeri sekaya negeriku?
majikan-majikan bangsaku
memiliki buruh-buruh mancanegara
brankas-brankas ternama di mana-mana
menyimpan harta-hartaku
negeriku menumbuhkan konglomerat
dan mengikis habis kaum melarat
rata-rata pemimpin negeriku
dan handai taulannya
terkaya di dunia
mana ada negeri semakmur negeriku
penganggur-penganggur diberi perumahan
gaji dan pensiun setiap bulan
rakyat-rakyat kecil menyumbang
negara tanpa imbalan
rampok-rampok diberi rekomendasi
dengan kop sakti instansi
maling-maling diberi konsesi
tikus dan kucing
dengan asyik berkolusi
-puisi negeriku karya gus mus
Keadilan yang ku dengar dulu dari kakekku seolah tak membekas dan kini menjadi abu. Negeri yang gemah ripah loh jinawi yang sering menjadi kebanggaanku dulu, taat kala ia bercerita mengambarkan indahnya negeriku seolah mati dalam angan. Alam yang menawarkan keindahan dan memamerkan hasil buminya untuk dapat dinikmati kini hanya tersisa hayalan belaka. Seperti donggeng seorang tuyul yang ingin mendapat bulan yang menjadi candaanku dulu bersama kawan kawan sebaya. Indah alamku seolah menjadi surga yang menjanjikan kenikmatan, biru lautku yang damai ketika dipandang dan menjanjikan kenikmatan.
            Semua itu hilang taat kala aku bisa membayangkan, betapa sengsaranya mereka yang duduk dipinggir jalan karena tak dapat mengeyam pendidikan. Tak berpikir jauh aku taat kala melihat mereka yang duduk dibelantaran pinggir rel yang penuh dengan alunan musik. Lalu lalang kendaraan para pemegang kekuasaan yang hanya bisa jadi tontonan. Bukan yang kupikirkan mengenai mereka tentang pendidikan ?, tapi apakah mereka hari ini sudah makan ?. Melihat mereka ku langsung teringat dengan dongeng kakekku dulu yang mengambarkan negeri ini gemah ripah lah jinawi, tanpa harus meminta mereka bisa memakan apa yang dimiliki. Bohong ku dalam batinku berkata. Sampai kata bohong ku ulangi tiga kali . cerita kakekku semuanya Bohong !!. Apa mungkin itu dulu ??. Aku penuh tanda tanya yang memenuhi otakku sampai ku kembali masuk pintu asrama.
            Kembali kupikirkan kejadian yang kutemui tadi dengan cerita kakekku. Sambil berbaring, aku melamun mengenai negeriku yang tak seperti dongeng kakekku. Tak terasa waktu sudah mulai petang dan banyak waktuku yang terbuang karena memikirkan kondisi yang tak pernah ku bayangkan di negeri yang katanya subur dan kaya akan sumber daya alam.
            Tiba-tiba masuk seorang kawan menegurku karena melihat aku murung dan melamun kaya orang yang tak punya harapan hidup seperti mereka yang kulihat tadi. Ada apa kawan ? tanya dia seolah menenangkanku. Tak apa kawan jawabku sambil menutupi kegelisahanku tadi ?, tak usah kau sembunyikan dariku kawan aku sudah mengenalmu lama, ceritalah aku tahu kamu lagi ada masalah. Sambil ku terangkan panjang lebar tentang kejadian yang ku lihat tadi kepada kawanku itu. Ohhh soal itu to ?? sahut dia sambil belagak begok dan pura-pura tak cuek karena tak ingin tau. Iya jawabku. Tak usah kau pikirkan hal yang semacam itu, itu bukan urusanmu, itu urusan mereka yang duduk dibangku senayan dan yang lalulang mengunakan kendaraan mewah yang sering mengejek saat hujan. Lalu ketika kita tidak boleh memikirkan hal yang semacam itu, apa masih kita ingin dijadikan manusia terbaik sahutku. Dia terdiam. Lalu dia bercerita: begini kawan, sebetulnya negeri kita adalah negeri yang kaya, benar seperti apa yang dikatakan kakekmu. Tapi sayang, dari dulu negeri kita dipimpin oleh pemimpin yang tak punya hati kemanusiaan. Sehingga dijual semua kekayaan negeri kita itu.
            Mendengar cerita banyak dari kawanku itu membuatku benci pada negeriku yang kejam. Negeri yang tak punya aturan kemanusiaan!!. Negeri yang hanya mementingkan golongan sehingga lupa kepada yang bukan golongannya. Sejak itu aku mulai benci dan tidak mau mengakui bahwa ini negeriku. Negeri ini hanya negeri kaum burjuis, sedangkan aku ?. seorang anak desa yang berisikan masa lalu tentang kesuburan tanah desaku. Aku adalah aku, yang ingin berjuang membela hak-hak para kaum yang terasingkan dan sering dianggap sampah oleh mereka yang duduk pada bangku nyaman kelas ekslusif yang katanya membela hak-hak kaum tertindas. Aku ingin membela hak-hak yang menjadi korban kebohongan dan korban kebejatan mulut para pembangkang.
            Tabu memang negeriku, negeriku lucu, negeriku yang tak seperti cerita-cerita kakekku dulu. Antar umat saling mencaci, yang mengatasnamakan namakan agama, yang dianggap kaum intelektual, dianggap kaum ulama’ malah ribut melulu.
            Semakin jelas kelucuan negeriku seiring berpindahnya waktu. Semua bayanganku dulu mengenai negeri yang tentram yang penuh kedamaian itu seolah hanya cerita masa lalu. Negeriku memang lucu, tak bisa mengambil pelajaran dari sejarah-sejarah penjajahan. Bagaimana bung tomo mengemborkan takbir untuk berjuang mati-matian. Bagaimana soedirman yang berjuang walaupun sakit-sakitan. Bagaimana diponegoro yang berjuang walau melawan kerajaan untuk melawan penjajahan. Semua itu hanya sejarah yang telah dimakan waktu. Yang hanya berhenti pada diskusi mahasiswa disudut-sudut warung kopi. Itu sejarah dan itu masa lalu. Kata-kata ini sering terdengar dari mulut seorang yang dikatakan intelektual. Apakah mungkin mereka lupa dengan penderitaan dan perjuangan dulu ? sehingga semena-mena mengunakan kekuasaan ? sahutku dalam hati
By : Muhammad Abdul Qoni’ Akmaluddin
Mahasiswa aktif jurusan PMI uin sunan kaijaga

08989343960

Minggu, 11 September 2016



Pemimpin Ideal Berdasarkan Islam
            Pemimpin adalah seseorang yang menjadi koordinator bagi yang dipimpin, yang dipimpin bisa meliputi diri sendiri, kelompok, organisasi, lembaga ataupun negara. Kodrat manusia diciptakan Alloh dimuka bumi ini adalah untuk menjadi kholifah atau pemimpin. Sudah sepatutnya sebagai hamba Alloh maka kita ketika mendasari hukum atau memilih seorang pemimpin ideal harus didasarkan pada hukum atau syarat yang telah ditentukan Alloh. Syarat menjadi seorang pemimpin yang paling utama adalah islam. Sedangkan syarat lain untuk menjadi pemimpin dapat kita lihat pada diri rosululloh yang mana harus mempunyai minimal tiga sifat yang harus dimiliki  antara lain shidiq, amanah,dan fathonah.
            Islam menjadi syarat yang paling ideal untuk menjadi seorang pemimpin. Kenapa harus islam? Islam adalah agama yang mencintai kedamaian, agama yang mempunyai kitab Al- qur’an yang dijaga oleh Alloh dari awal diturunkan hingga nanti hari kiamat. Semua kejadian yang ada dimuka bumi ini sudah diatur didalamnya mulai dari yang lampau terjadi, telah terjadi ,ataupun yang akan  terjadi. Sebagai agama yang masih suci islam mengatur segala bentuk aspek yang berupa ibadah, baik itu ibadah yang berhubungan langsung dengan Alloh ataupun yang berhubungan dengan manusia, dengan hukum-hukum dan balasan yang sudah diterangkan pula. Ketika pemimpin itu berislam, kenapa harus berislam? Bukan hanya islam ! inilah yang sering menjadi masalah dinegeri ini. Karena islam bukan hanya sebagai formalitas agama untuk mendapatkan legitimasi islam biar semua orang percaya bahwa mereka adalah umat islam artinya sama dengan yang benar-benar menjalankan syariat islam . Sedangkan berislam yang saya maksud adalah mereka yang menyerahkan dirinya kepada islam baik itu berupa tingkah laku atau amaliahnya, berbicara atau ucapan,dan yang lainnya. Yang mana itu semua harus didasarkan atas dasar islam. Selain itu islam adalah agama yang menjadi satu-satunya agama yang mencintai kedamaian, kedamaian terhadap saudara seiman dan seislam ataupun kedamaian secara bermasyarakat atau bernegara dengan berbeda agama.
            Selain islam yang menjadi aspek penting untuk menjadi seorang pemimpin ideal adalah shidiq. Shidiq dalam kamus bahas arab biasa diartikan benar. Akan tetapi dalam konteks kreteria pemimpin yang dimaksud rosululloh bukan hanya benar tapi ada makna yang lebih mendalam dari kata shidiq itu sendiri. Rosululloh sebelum menjadi seorang pemimpin atau utusan Alloh beliau sudah mendapat gelar dari masyarakat arab Al amin. Al amin sendiri artinya jujur atau dapat dipercaya, bukan hanya jujur dalam berkata, akan tetapi beliau juga dapat dipercaya dengan apa yang dikatakan. Karena rosululloh tidak banyak janji seperti yang terjadi dinegeri kita, para pemimpin negeri ini terlalu banyak yang menjadi seorang penyair atau penyanyi sehingga apa yang dikatakanya terkesan benar dan sangat sombong mereka untuk bisa merealisasikan hal tersebut. Sebagaimana seorang penyair yang sangat bisa menghipnotis kita untuk terbawa dengan kata-kata yang diucapkannya. Padahal yang diucapkannya hanyalah sebuah kepalsuan belaka atau bak dinegri dongeng untuk dapat direalisasikan kebijakan dan janji-janjinya. Karena janji itu akan lebih mendekatkan kita terhadap kamuflasi atau khayalan belaka dan lebih dekat dengan kebohongan ataupun dusta.
            Selain islam dan shidiq, amanah juga merupakan faktor penting untuk menciptakan atau membentuk pemimpin yang ideal. Pasalnya di indonesia sendiri banyak sekali para pemimpin yang tidak amanah atas apa yang dipercayakan rakyat kepadanya. Kepercayaan yang seharusnya menampung dan membela hak-hak aspirasi rakyat malah disalah gunakan untuk membela perutnya sendiri sehingga muncullah istilah korupsi berjamaah atau korupsi yang membudaya. Mendengar istilah korupsi yang membudaya ironi memang pandangan dunia terhadap negeri ini. Negeri yang dikenal dengan negerinya para santri sehingga menjadi kiblat atau acuan dunia untuk belajar islam, meneliti peradaban islam dinegeri ini seolah-olah pupus atau sirna ketika mendengar istilah korupsi berjamaah atau korupsi yang membudaya dinegeri ini. Untuk itu lebih baik lagi kita kembalikan semuanya kepada islam, nilai-nilai islam yang sangat mulia ketika kita terapkan dinegeri yang kita cintai untuk menciptakan negeri yang baldatun toyyibatun wa roobul goffur seperti yang diimpikan rakyat.
             Fatonah atau cerdas merupakan faktor yang sangat penting untuk menciptakan pemimpin yang ideal. Pasalnya seorang pemimpin dituntut profesional atau tanggung jawab dalam menjalani tugas. Kecerdasan pemimpin akan mempengaruhi perubahan bagi bangsa tersebut tentunya juga didasarkan atas dasar hukum islam. Seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab besar terhadap yang dipimpimpinnya untuk itu kerja profesional pemimpin sangatlah dibutuhan, tentunya didukung dengan kecerdasan pola pikir, kecerdasan dalam mengambil sikap dan yang lainnya. Sehingga dapat menentukan arah yang dipimpinnya. Maka dari itu tidak semua orang bisa menjadi pemimpin karena profesionalitas pemimpin sangatlah penting.



Biografi penulis : M Abdul Q.A lahir dirembag 12 mei 1997 sedang menempuh pendidikan sarjana di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekarang tinggal di jalan I Dewa Nyoman Oka nomer 28 Kota Baru Yogyakarta (Asrama Masjid Syuhada), Fb: Muhammad Abdul Qoni Akmaluddin
WA : 08989343960
Blog : akmalkecil.blogspot.com

Rabu, 07 September 2016



Gagal Masuk UIN Sunan Kalijaga Karena Tingginya UKT
Oleh :
Muhammad Abdul Qoni’ Akmalluddin
            Uang Kuliah Tunggal atau yang biasa disebut UKT adalah sebuah sistem pendidikan baru yang diterapkan pemerintah guna untuk meminimalisir tingkat angka putus sekolah. Uang Kuliah Tunggal ini diterapkan diPTN berdasarkan Permendikbud No. 55 Tahun 2013 tanggal 23 Mei 2013 tentang Biaya Kuliah Tunggal (BKT) digunakan sebagai dasar penetapan biaya yang dibebankan kepada mahasiswa masyarakat dan pemerintah. Dikti mengeluarkan Surat Edaran  No. 97/E/KU/2013 tentang Uang Kuliah Tunggal yang berisi permintaan Dirjen Dikti kepada Pemimpn PTN untuk menghapus uang pangkal dan Uang Kuiah Tunggal(UKT) bagi mahasiswa baru program S1 reguler mulai tahun akademik 2013/2014.
Keputusan ini dikeluarkan oleh Kemendikbud atas dasar pembukaan UUD 1945 alenia empat Pemerintah Negara Indonesia yang berbunyi “Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Dari alenia keempat inilah pemerintah ingin menyamaratakan pendidikan bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia baik itu dari kalangan menengah ke atas ataupun kalangan menengah ke bawah. Dengan diterapkannya sistem UKT inilah diharapkan pendidikan yang berkeadilan dapat diterapkan. Dengan tujuan subsidi silang yang artinya masyarakat golongan menengah ke atas ( kaya) mendapatkan UKT tinggi begitu pula sebaliknya bagi masyarakat golongan menengah kebawah dapat tertolong dengan adanya sistem subsidi silang atau sistem UKT.
             Namun realitanya tidak semua sesuai dengan harapan. Fakta berkata bahwa selama subsidi silang yang diterapkan pemerintah atau birokrasi kampus ini malah dijadikan sebagai alat oleh penguasa untuk mendapatkan keuntungan sebanyak banyaknya. Penggolongan UKT yang berdasarkan data yang diinput secara online ketika registrasi seperti bukti pembayaran PBB, slip gaji orang tua, biaya listrik bulan terakhir, biaya PDAM perbulan, jumlah tanggungan orang tua dan masih banyak lagi. Sebelumnya mahasiswa tidak tahu pengaruh dari data tersebut mengakibatkan pengaruh pada pengolongan UKT yang nantinya berimbas pada tingginya biaya semester. Pihak kampus yang sebelumnya tidak memberikan arahan bahwa data tersebut mempengaruhi UKTnya kadang kala mahasiswa baru hanya mengisi data sebagai formalitas dan pihak kampusnya sendiri menetapkan biaya UKT hanya berdasarkan data online tanpa melakukan survei sebelumnya terhadap keluarga tersebut.
             Tingginya biaya UKT yang harus dibayarkan mahasiswa berdasarkan data yang diinput tersebut yang mengakibatkan tidak sesuainya biaya UKT yang dibayarkan dengan pendapatan oarang tua dan dianggap sangat toleran. Pihak kampus memaksa mahasiswa harus membayarnya dan apabila mahasiswa keberatan dengan biaya UKT tersebut berartti boleh mengundurkan diri. Hal inilah yang dinamakan komersialisasi pendidikan. Dimana kampus memaksa kepada mahasiswa baru untuk membayar UKT yang tidak sesuai. Inilah keadaan Indonesia sekarang, semua yang diharapkan sudah melenceng atau menyalahi daripada cita cita negara yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945 alenia 4 yang berbunyi melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
            Komersialisasi pendidikan yang sekarang menjadi buah bibir dimasyarakat, urusan politik yang mencampuri pendidikan mengakibatkan semakin jelasnya sistem pendidikan indonesia yang bobrok. Pemerintah yang memberikan kebebasan kepada pihak kampus untuk menentukan berapa banyak biaya pendidikan yang harus dibayarkan mahasiswa baru mengakibatkan banyak indikasi untuk tingkat kecurangan. Pihak kampus juga diberi kebabasan untuk memberikan UKT kepada mahasiswa yang keterima lewat jalur mandiri, sehingga mahasiswa dikenakan UKT minimal golongan dua. Padahal pihak kampus membuka penerimaan mahasiswa baru paling banyak lewat jalur mandiri. Artinya kampus memanfaatkan kesempatan ini dengan mengambil keuntungan yang sebanyak banyaknya dari jumlah UKT yang tidak sesuai dengan pendapatan orang tua lagi.
            Arta Wijaya selaku presiden mahasiswa UIN Sunan Kalijaga menegaskan ada salah satu mahasiswa baru yang sudah diterima disalah satu jurusan di UIN Sunan Kalijaga tapi tidak diambil artinya dia gagal masuk UIN Sunan Kalijaga dikarenakan tingginya biaya UKT yang harus dibayarkan per semesternya yang tidak dapat ditoleran lagi. Arta Wijaya mendapatkan pesan pula dari salah satu mahasiswa baru yang gagal masuk UIN dikarenakan tingginya biaya UKT yang ditetapkan. Dia mengemukakan bahwa setuju mengenai aksi penolakan mahasiswa yang menolak sistem UKT yang tidak transparan ditetapkan diUIN Sunan Kalijaga.
            Berdasarkan keterangan dari salah satu mahasiswa baru fakultas syariah dan hukum UIN Sunan Kaijaga sistem UKT yang ditetapkan oleh pihak kampus sangatlah tidak adil. Pasalnya UKT yang ditetapkan kepada calon mahasiswa baru yang keterima lewat jalur SNMPTN berbeda dengan yang diterima lewat jalur SBMPTN dari jumlah angka yang harus dibayarkan meskipun dengan UKT yang sama. Berdasarkan keterangan tersebut jumlah angka yang harus dibayarkan mahasiswa per semesternya lewat jalur SNMPTN pada golongan UKT dua lebih mahal daripada SBMPTN yang sama juga mendapat UKT golongan dua. Berdasarkan data yang ada bahwa UKT yang ditetapkan UIN Suka untuk golongan dua pada jurusan Ilmu Hukum fakultas syariah dan hukum adalah 2.005.000 sedangkan pada jalur SBMPTN biaya UKT yang dibebankan kepada mahasiswa baru yang dalam hal ini sama golongan dua hanya 1.415.000.  Artinya dari pihak kampus sendiri belum bisa kompeten dalam menetapkan keputusan.
            Akibat dari sistem yang belum bisa maksimal, sehingga mengakibatkan terjadinya rasa iri dalam diri mahasiswa itu sendiri. Mereka yang merasa dibedakan dalam segi angka yang harus dibayarkan persemester dengan fasilitas yang sama dengan golongan UKT yang sama pula. Ketidak transparan sistem itulah yang mengakibatkan terjadinya kesalahan atau ketidak sesuaian mahasiswa terhadap jumlah uang yang harus dibayarkan per semesternya.
            UKT yang seharusnya bisa menjadi alat pemerintah untuk mensejahterakan masyarakatya melaui pendidikan yang berkeadilan masih belum bisa maksimal. Kurangnya kontrol dari pemerintah terhadap regional kampus yang sering kali dimanfaatkan kampus untuk meraih untung sebanyak banyaknya. Ketidak thuan mahasiswa baru tentang bagaimana cara pengolongan UKT yang sering kali menjadi persoalan tentang tingginya biaya UKT yang harus dibayarkan yang tidak sesuai dengan pendapatan orang tua mereka.
Pendidikan Sebagai Alat Perubahan
Pendidikan menurut ( UU SISDIKNAS NO.20  tahun 2003) adalah unsur sadar atau terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kemampuan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (wikipedia). Pengertian diatas menerangkan bahwa pendidikan adalah sarana untuk mengembangkan diri atau mengali potensi diri yang masih belum terlihat. Adapun saranauntuk mengembangkan diri atau  menggali potensi diri ada banyak diantaranya adalah pendidikan formal baik yang berbasis pendidikan konvensional maupun pendidikan modern, balai latihan kerja atau BLK, sanggar, pondok pesantren dan yang lainnya masih banyak lagi untuk mengembangkan potensi diri. Artinya pendidikan itu tidak dituntut harus berada dalam rumpun pendidikan formal dari TK, SD , SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Pasalnya banyak sekali media atau sarana untuk mengembangkan diri.
Salah satu faktor yang mendasari penulis untuk membahas atau mengangkat tema ini antara lain masih banyak orang beranggapan atau berpersepsi bahwa pendidikan hanyalah pendidikan yang berada disekolah atau dikampus. Sehingga munculah  banyak sekolahan, dan kampus kampus baru yang didirikan. Mereka berlomba lomba untuk mendirikan gedung yang menunjang pendidikan, sehingga pendidikan keluar dari difinisi asli yang dikeluarkan kementerian sebagai sarana pengembangan diri malah menjadi sarana pemuasan diri atau bisnis. Dari penyalah gunaan kepntingan pendidikan tersebut akhirnya semua orang ingin berlomba lomba untuk menempuh pendidikan formal tanpa melihat bakat, kemampuan yang bisa dikembangkan. Kebanyakan dari mereka mengenyam pendidikan formal hanya sebagai tuntutan zaman karena semua bentuk pekerjaan melihat dari seberapa tinggi merekamal  dalam menempuh pendidikan formalnya bukan karena profesionalitas atau kemampuan yang mereka miliki. Akhirnya munculah banyak pengganguran yang terdidik katanya.
Pendidikan dikembalikan kepada difinisi asli pendidikan akan menjadi sarana perubaan yang baik bagi negeri ini. Masyarakat tidak dituntut untuk mengenyam pendidikan formal setinggi tingginya sehingga tidak muncul lagi istilah belajar dipendidikan formal karena terpaksa dan yang lainnya. Seharusnya negara memberikan sarana pendidikan secara adil artinya apa negara tidak menuntut semua harus mengenyam pendidikan formal akan tetapi memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga profesionalitas dalam berkarya dapat dipertanggung jawabkan.
Munculnya masalah sosial pada saat ini kebanyakan dari masyarakat ataupun birokrasi menyalahkan kepada pemuda. Pemuda yang diharpakan bisa menjadi penerus bangsa malah merusak bangsa. Padahal ini semua terjadi karena pembatasan negara kepada pemuda untuk mengembangkan bakat yang mereka miliki. Pemuda yang dituntut dengan pendidikan formal yang setinggi tingginya mengakibatkan setres dan akhirnya mereka melakukan tindakan yang melanggar hukum, baik itu hukum maupun hukum norma. Pemerintah yang harusnya memberikan atau memenuhi sarana pendidikan bagi mereka yang sesuai dengan bakat mereka sehingga mereka dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Mangembalikan fungsi pendidikan pada aslinya merupakan faktor penting untuk memajukan negara dan menciptkan generasi yang gemilang dimasa depan. Sehingga bisa terkuranginya angka penganguran dan kriminalitas. Sehingga tidak muncul istilah keterpaksaan dalam pendidikan. Genarasi emas negeri dapat ditentukan seberapa banyak pemuda yang bisa tersalurkan bakat dan minatnya dalam sarana pengembangan potensi diri yang biasa disebut pendidikan. Supaya masyarakat tidak salah anggapan mengenai pendidikan dan anak yang kurang maksimal dalam menerima pelajaran supaya tidak takut dengan pendiidikan. Pendidikan memang tempatnya orang pandai, pandai bukan hanya bermakna sempit yang kebanyakan menilai pada tingginya nilai yang diperoleh dalam semester ataupun seorang yang juara kelas akan tetapi pandai atau cerdas dalam bidang yang dikuasainya sehingga bisa memaksimalkannya.